Minggu, 12 Mei 2013

SIAPA PENGHUNI SYURGA?



Syurga menurut penjelasan atau keterangan dari berbagai agama-agama yang ada, merupakan tempat yang penuh dengan kenikmatan, kebahagiaan, dan merupakan tujuan akhir dari perjalanan kehidupan di akhirat kelak. Syurga merupakan janji tuhan sebagai balasan terhadap hambanya yang bersedia mengikuti dan menjalani perintahTuhan.
Yang menjadi pertanyaan adalah, siapakah yang berhak menghuni syurga itu?Apakah orang yang beragama islam saja? Orang hindu? Orang yang beragama budha? Atau orang Kristen? Orang yang ikut jamaah thoriqot? ,mempelajari tasawwuf? Yang ikut organisasi NU? Muhammaddiyah dan sebagainya?
Kebanyakan orang-orang yang mengikuti aliran, agama, ormas yang fanatic mengeklim bahwasannya agamanya, ormasnya, atu alirannyalah yang paling benar dan satu-satunya jalan menuju syurga Tuhan. Sedangkan yang lain adalah salah, menyeleweng, bahkan sesat, tanpa berfikir secara lebih dalam.
Disini saya mencoba berpendapat sesuai dengan pemahaman yang saya peroleh selama hidup yaitu di usia saya yang baru 21 tahun, dan sebelum membahas inti masalah, saya akan menceritakan secara ringkas mengenai perjalanan saya dalam menemukan pemikiran dan pemahaman mengenai penghuni syurga dan haqiqat kebenaran.
Sejak kecil aku dididik dengan ajaran dan pemahaman islam oleh orang tuaku, bermula dari rasa keingintahuanku tentang haqiqat kebenaran, ontology mengenai segala sesuatu, asalusul, seluk beluk kehidupan, yang saat itu membuatku bingung, bimbang di usiaku yang masih 12 tahun, yaitu semenjak duduk di bangku kelas 1 smp, aku terdidik dalam ruang lingkup keluarga yang kritis mengenai pemikiran, baik ibu maupun bapakku, ibu yang lebih condong pemahaman ormas muhammaddiyah sedangkan bapak condong keormas Nahdlotululama’ dan mengikuti berbagai aliran tasawwuf, thoriqat bahkan mengikuti ajaran kejawen. Ortuku membebaskan aku untuk memahami, mengikuti ajaran dan pemikiran dengan di bawah kontrolnya.
Sejak menginjak kelas 2 smp aku mulai mencari dan memahami berbagai pemikiran ormas seperti NU dan muhammaddiyah bahkan aku mengikuti jamiyaah Thoriqot selama 2 tahun, berbagai aliran telah aku ikuti dan pelajari, 4 thoriqoh, 3 ormas,  2 aliran mistis, yang telah aku pelajari. Dari kesemuanya aku merasa tidak nyaman dengan klaim bahwasannya ormas, alirannyalah yang paling benar, sedangkan yang lain adalah sesat,salah, menyimpang, hingga sampai saat ini aku belajar di dunia akademis masih tetap mencari kebenaran itu dan terakhir mengikuti suatu ormas yang lebih pada pemikiran ilmiahnya. Dari berbagai pemikiran yang telah kufahami, aku berusaha menyimpulkan hasil sementara mengenai kebenaran yang kufahami saat ini meski ini belum akhir dari semuanya untuk terus belajar hingga akhir hayat kelak. Dan bisa saja pemikiranku saat ini masih belum sempurna, kemungkinan besar bisa benar dan juga salah.
Aku menyimpulkan, bahwa semua manusia bisa menikmati dan menjadi penghuni syurga, jika manusia itu mengakui bahwa Tuhan itu Esa, dan meyakini adanya nabi atau utusan Tuhan ke dunia, menyakini yang gho’ib di luar nalar manusia, tidak menyekutukan Tuhan, melakukan amal sholih (perbuatan baik), tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan juga untuk sesama manusia bahkan untuk semua makhluk ciptaan Tuhan yang lain (tidak membuat kerusakan, kerusuhan di muka bumi), penuh kasih dan sayang, meyakini adanya hari akhir, dan hari pembalasan (syurga dan neraka alam akhirat. Dialah yang berhak menjadi penghuni syurga yang telah tertera dalam kitab suci agama-agama terdahulu sampai ajaran agama islam sa’at ini.
Tak peduli agama apa itu, aliran dan ormas apapun, jika ia mau melakukan hal di atas dia berhak menjadi penghuni syurga karna itu adalah janji tuhan. Meski mengikuti ajaran tasawwuf, ikut thoriqot, ikut ormas NU, Muhammaddiyah, HTI, LDII, Jama’ah Tabligh, persis dan sebagainya, jika ia masih berbuat kesalahan, kerusakan di muka bumi, mementingkan dirinya sendiri, menyekutukan tuhan (syirik, menganggap tuhan sama dengan makhluknya, memiliki anak, di serupakan dengan makhluk, mencari pelantara do’a dengan cara yang bertentangan dengan ajaran islam, dan sebagainya) dia akan menerima balasan dari Tuhan yaitu siksanya di dalam neraka.
Semua manusia menerima balasan dari Tuhan sesuai apa yang dia lakukan selama di dunia. Dan tuhan adalah yang berhak mengadili atas pembalasan itu, manusia di tempatkan dalam tingkatan syurga dan neraka berdasarkan kualitas amal yang dilakukan.
Fanatik dalam keyakinan terhadap Tuhan yang Esa beserta ajarannya itu di perbolehkan, asal tidak fanatik terhadap aliran atau golongan yang menganggap golongan atau alirannya adalah satu-satunya jalan menuju kebenaran mutlak dan jalan menuju Syurga, dan menyalahkan golongan atau aliran lain yang tidak sefaham dengan pemikirannya.
Tujuan saya menulis ini, tidak bermaksud mempecah belah golongan manapun, dan tidak memaksa siapa saja untuk mengikuti dan menerima argumen saya ini,,, karena skali lagi, ini hanya sebuah wacana, yang kemungkinan bisa berorientasi benar dan salah...
Tujuan saya hanyalah ikut serta berlomba-lomba dalam kebaikan, dengan mengajak dan mengingatkan kepada siapa saja untuk tidak ashobiyah, fanatik golongan, dan menutup diri dari pengetahuan diluar pemahaman dari ormas tertentu, namun mengajak untuk berfikir kritis, logis,ilmiah, bersikap santun dalam berdakwah (menyampaikan,mengajak), sesuai ajaran agama yang kita yakini. Dan tidak bermaksud mengajak untuk liberal secara buta tak terarah yang tidak sesuai dengan ajaran agama Allah SWT.
Diharapkan dengan pemikiran ini menjadikan diri kita untuk semangat melakukan kebajikan, kebaikan yang diperuntukkan diri kita sendiri, untuk umat, agama, bangsa dan negara yang kita cintai ini, karna jika kita berfikir demikian, maka di harapkan tumbuh kebersama’an, persatuan dan kesatuan, sehingga tercipta kebaikan dalam kehidupan. Meski tak bisa di pungkiri hidup tak luput dari perbeda’an, dan pertentangan, karana hal tersebut merupakan kodrat kehidupan, ada baik dan buruk, dan apa yang saya sampaikan ini adalah salah satu bentuk usaha untuk meredam atau menjaga keseimbangan dalam kehidupan.

Walloh hu a’lam bishowab (Hanya Tuhan yang maha Tau)...

Selasa, 07 Mei 2013

Pengertian komunikasi, unsur komunikasi,hubungan antara komunikasi dan Dakwah


       BAB I
PEMBAHASAN
A.Pengertian Komunikasi
Shannon dan Weaver (1949), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu samalainya,sengaja atau tidak di sengaja.Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal,tetapi juga dalam hal ekspresi muka,lukisan,seni dan teknologi.[1]
Kata komunikasi berasal darI bahasa Latin communicatio yang  berarti ‘pemberitahuan atau penukaran pikiran’,jadi secara garis besar,dalam proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).[2]
Secara etimologis,komunikasi berasal dari bahasa Latin cum, sebuah kat depan yang artinya dengan atau bersama dengan,dan kata units,sebuah kata bilangan yang berati satu. Dua kata tersebut menbentuk kata benda communion, artinya kebersamaan, persatuan,  persekutuan, gabungan,pergaulan atau hubungan. Karena untuk ber-comunio di perlukanadanya usaha dan kerja, kata itudi buat menjadi kata kerja communicate, yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada orang,bercakap- cakap,bertukar fikiran,berhubungan,berteman. Jadi komunikasi berati pemberitahuan,pembicaraan, percakapan,pertukaran pikiran, atau hubungan.[3]
Kamus psikologi,Dictionary of Behavioral Scince, menyebutkan enam pengertian komunikasi: Comunication 1)The transmission of energy change from one place to another as in the nervous system of transmission of sound waves. 2).The transmissionor reception of signa or massages by organism.3)The transminited massage.4) (communication theory). the proses whereby system influences another system therough regulation  of the trasmitted signals.5)(K.lewin) the influence of onepersonali sat region of on another whereby a change in on resultss in a corresponding changein the other region.6) The massege pf a patient to his therapist in psychoterapy.(wolman,1973:69).
 (komunikasi 1) penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara. 2)penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme.3)Pesan yang di sampaikan. 4) (Teori Kominikasi). Proses yang di lakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan signal-signal yang di sampaikan. 5) (K.Lewin). Pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain. 6) Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.)[4]
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communisDalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain[5]
Dance dalam kerangka psikologi behaviorisme mendefinisikan komunikasi sebagai usaha-usaha menimbulkan respons melalui lambang-lambang verbal ketika lambang-lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli.[6]
B.   Unsur-unsur Komunikasi
Unsur sering juga di sebut bagian,komponen,dan elemen. Kamus umum Bahasa indonesia mengartikan unsur sebagai bagian penting dalam suatu hal, sedangkan komponen atau elemen, berartibagian yang merupakan seutuhnya.Jadi yang di maksud dengan komponen atau unsur adalah bagian dari keseluruhan dalam suatu hal.
Dalam proses komunikasi terdapat tiga unsur yang mutlak harus di penuhi, ketiga unsur tersebut harus ada, jika tidak makakomunikasi tidak akan terjadi,oleh karena itu setiap unsur dalam komunikasi itu mempunyai hubungan yang sangat erat, artinya keberhasilan komunikasi itu di tentukan oleh semua unsur tersebut, unsur itu adalah :
1)      .Komunikator/sender/pengirim
2)      Komunikan/receiver/penerima
3)      Channell/saluran/media.

‘’Aristoteles,ahli filsafat yunani dalam bukunya Rhetorica menyebut bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukungnya,yakni siapa yang berbicara,apa yang di bicarakan,dan siapa yang mendengarkan. Pandangab Aristotetes ini oleh sebagian besar pakar komunikasi di nilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atauretorika,hal ini bisadi mengerti karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang paling populer bagi masyarakat yunani.
‘’Claude E.Shannon dan Warren Weaver (1949),dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya,yakni pengirim,transmitter,signal,penerima,dan tujuan. Kesimpulan ini di dasarkan atas hasil studi yang mereka lakukan mengenaipengiriman pesa melalui radio dan telepon.
Meski pandangan Shannon dan Weaver pada dasarnya berasal dari pemikiran proses komunikasi elektronika,tetapi  para sarjana yang muncul di belakangnya mencoba menerapkannya dalam proses komunikasi antar manusia seperti yang di lakukanoleh Miller dan Cherry (Schramm :19171),awal tahun 1960-an David K Berlo membuat formula komunikasi sederhana yang di kenal dengan “SMCR’’ yakni ;Source (pengirim),Massege`(pesan),Channel (saluran media) dan Receiver (penerima).
Selain itu juga CharlesOsgood,Gerald Miller dan Melvin L.De Fleur menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (Feedback)sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yangh sempurna.Kedua unsur ini nantinya lebih banyak di kembangkam pada proses komunikasiantar prinadi (persona) dan komunikasi masa.Perkembangan terakhir adalahj munculnya pandangan dari Joseph de Vito,K Sereno dan Erika Vora yang menuilai faktor lingkungan tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadi nya komunikasi,[7] unsur-unsur itu adalah sebagai berikut :
1)      Sumber
2)      Pesan
3)      Media
4)      Penerima
5)      Pengaruh
6)      Tanggapan Balik
7)      Lingkungan

                                                                                                                                                  
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:

  1. Komunikator (siapa yang mengatakan)?
  2. Pesan (mengatakan apa)?
  3. Media (melalui saluran/ channel/media apa)?
  4. Komunikan (kepada siapa)?
  5. Efek (dengan dampak/efek apa)?
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.[8]
C.   Hubungan komunikasi dan Dakwah
Kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi,dimana Da’i mengkomunikasikan   pesan kepada mad’du,perorangan atau kelompok. Secara teknis dakwah adalah komunnikasi antara Da’i (komunikator) dan Mad’u (komunikan). Semuahukum yang berlaku dalam ilmu komunnikasi berlaku juga dalam dakwah, hambatan komunikasi adalah hambatan dakwah,dan bagaimana mengungkapkan apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia dakwah sama juga dengan apa yang harus di kerjakan pada manusia komunikan.
Perbedaan dakwah dengan komunikasi terletak pada muatan pesannya,pada komunikasi sifatnya netral sedangkan pada dakwah terkandung nilai keteladanan dan kebenaran[9]

D.    Kesimpulan
 Secara terminologis arti komunikasi merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Jika di kaitan antara komunikasi dan dakwah, pada haqiqatnya memiliki  tujuan yang sama, yaitu proses penyampaian dan  sasarannya adalah manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied.Pengantar Ilmu komunikasi.(Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada.2010)
Faizah dan, Lalu muchsin.Psikologi Dakwah.(Jakarta :Kencana.2006)
Rahmad ,Jalaluddin.Psikologikomunikasi.(Bandung :PT.Remaja Rosdakarya.1991)
Suprapto, Tommy.Pengantar Ilmu Komunikasi.(Jakarta : PT.Buku Seru.2011)
Umam, Khaerul .Perilaku Organisasi.(Bandung :CV.Pustaka Setia.2010)
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/pengertian-komunikasi.html


[1] .Hafied Cangara.Pengantar Ilmu komunikasi.Jakarta :PT.Rajagrafindo Persada.2010.Hal:20-21
[2] Tommy Suprapto.Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta :PT.Buku Seru.2011.Hal :5
[3] Khaer umam.Perilaku Organisasi.Bandung :CV.Pustaka Setia.2010.Hal : 219
[4] .Jalaluddin Rahmad.Psikologi komunikasi.Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.1991.Hal : 3
[5] http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/pengertian-komunikasi.html.(19-03-2012. pukul.10.00)
[6] .Faizah dan Lalu muchsin.Psikologi Dakwah.Jakarta :Kencana.2006.Hal :141
[7] Hafied cangara.Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta :PT.Raja Grafindo.2010.Hal :23-24
[8] Di akses pada 19 maret 2012 pada http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/pengertian-komunikasi
[9] Faizah dan Lalu muchsin Effendi.Psikologi Dakwah.jakarta :Kencana.2009.Hal :36-37